“Saat Jiwa Kosong di Tengah Irama: Waspada Nyanyian yang Meninabobokan Hati”
Manusia adalah makhluk perasa—ia diciptakan dengan kepekaan yang luar biasa terhadap suara, ritme, dan keindahan. Tidak heran jika musik begitu mudah memikat hatinya. Irama yang lembut, melodi yang indah, suara yang merdu—semuanya bisa membawa seseorang larut dalam perasaan yang dalam, bahkan membuatnya menangis, tertawa, atau terbawa suasana tertentu.
Namun, ada satu pertanyaan besar yang jarang ditanyakan:
Apa yang terjadi pada jiwa jika seseorang terlalu larut dalam irama dunia, namun lupa arah akhirat?
Musik Bisa Menyentuh, Tapi Juga Bisa Mengikis
Tidak semua yang menyentuh itu menyelamatkan. Tidak semua yang merdu itu membawa kebaikan.
Musik dan irama bisa menjadi kendaraan kebaikan, tapi juga bisa menjadi gerbang kelalaian.
Bila seseorang terus-menerus memanjakan jiwanya dengan musik yang menenangkan emosi tapi mengabaikan ruhani, maka satu demi satu tanda akan muncul:
- Hati terasa ringan… tapi bukan ringan karena damai, melainkan karena kehilangan isi.
- Jiwa terasa tenang… tapi bukan tenang karena Allah, melainkan karena terbius oleh suasana.
- Hidup tampak berwarna… tapi tanpa arah dan makna.
Ketika Musik Meninabobokan Kesadaran
Fenomena yang sering terjadi: seseorang merasa senang, tapi tidak tahu kenapa. Atau justru gelisah dan hampa, tanpa tahu apa yang hilang.
Ia bingung, resah, gelisah, kosong—padahal di sekelilingnya penuh hiburan.
Itulah tanda jiwa yang kehilangan pemberatnya.
Jiwa manusia butuh pemberat:
- Zikir sebagai jangkar
- Iman sebagai fondasi
- Shalat sebagai penopang
- Doa sebagai arah
- Tadabbur sebagai bahan bakarnya
Saat semua itu digantikan oleh irama yang terus-menerus menenangkan namun tidak membimbing, maka jiwa menjadi ringan—dan akhirnya melayang tanpa arah.
Jiwa yang Kosong adalah Awal Kehampaan Hidup
Allah sudah memperingatkan dalam Al-Qur’an:
“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit…”
(QS. Thaha: 124)
Peringatan-Nya diganti dengan lirik cinta yang hampa.
Suara adzan ditinggalkan demi konser dan alunan syahdu.
Lama-lama hati terasa lapang, tapi bukan karena bahagia—melainkan karena sudah ditinggal oleh cahaya iman.
Ini bukan teori. Ini adalah kenyataan yang kita lihat dan rasakan.
Jangan Salah Isi Jiwa
Jiwa yang kosong bukan karena tak punya hiburan, tetapi karena tidak lagi punya kedekatan dengan Tuhan.
Musik memberi ketenangan sesaat, tapi tidak memberi kedalaman makna.
Ia bisa membuat orang menangis, tapi bukan karena takut kepada Allah.
Ia bisa membuat orang diam, tapi bukan karena sedang merenungi akhirat.
Bangkitkan Jiwa: Kembali ke Irama Ketundukan
Saudaraku,
Mari kita jujur: seindah apapun irama dunia, tidak ada yang bisa menyamai kekuatan irama iman.
- Dzikir adalah musik langit yang membersihkan hati
- Tilawah adalah simfoni ruhani yang menenangkan
- Shalat adalah orkestra jiwa yang menghubungkan kita dengan Tuhan
- Doa adalah lagu cinta terdalam yang hanya bisa dinyanyikan oleh hati yang jujur
Jika jiwa kita terasa hampa, maka bukan karena kita kurang hiburan.
Tapi karena kita kurang hadir dalam keheningan, kurang berlutut dalam doa, dan kurang menangis dalam sujud.
Penutup: Isilah Jiwa Sebelum Dunia Mengisinya dengan Kesesatan
Musik hanyalah sarana. Jika ia membawa pada perenungan dan ketundukan, gunakanlah. Tapi jika ia membawa kepada kelalaian dan kekosongan, tinggalkanlah—sebelum jiwa benar-benar kosong dan tak mampu kembali.
Jangan biarkan dirimu ringan hingga terbang bebas, tanpa arah dan tanpa makna.
Karena manusia bukan hanya pendengar indahnya irama dunia,
Tapi ia adalah penyembah Yang Maha Indah, Yang Maha Bermakna.
By: Andik Irawan